Ada Penghancuran Situs Islam di Balik Kemegahan Makkah-Madinah

Komplek Jabal Omar di Makkah Komplek Jabal Omar di Makkah
Bineka - Pembangunan yang berlangsung di Makkah dan Madinah selama dua dekade terakhir telah menimbulkan perdebatan luas seputar isu pelestarian situs bersejarah.

Melalui lensa perkembangan ini, panorama sejarah dan spiritual yang kaya mendadak berubah menjadi saksi bisu atas hilangnya sejumlah artefak yang sarat nilai sejarah dan budaya.

Pembangunan besar-besaran yang dilakukan Kerajaan Arab Saudi, yang bertujuan untuk memperluas kota Makkah dan Madinah ini, telah mengorbankan banyak situs berusia 1000 tahun.

Penghancuran Situs Bersejarah oleh Saudi
Pemerintah Saudi, dalam usahanya mengubah wajah Masjidil Haram dan Makkah, telah mengambil langkah drastis dengan menghancurkan benteng Ajyad era Ottoman dan bukit disekitarnya untuk membuat ruang bagi Jabal Omar-sebuah kompleks apartemen pencakar langit, hotel, dan menara jam raksasa.

Lebih dari itu, tempat kelahiran Rasulullah sekarang telah diubah menjadi perpustakaan, dan rumah Khadijah, istri pertama Nabi, kini menjadi toilet publik.

Di Madinah, hal serupa juga terjadi dimana dari tujuh masjid yang dibangun untuk memperingati perang Khondaq, saat ini hanya tersisa dua.

Ketika proyek-proyek pembangunan terus dilaksanakan, banyak situs awal Islam yang hilang dari peta. Kebijakan ini mungkin dapat dipahami dari kaca mata pembangunan infrastruktur, namun dari aspek pelestarian sejarah, kerusakan yang ditimbulkan jauh lebih sulit untuk diperbaiki.

Masjidil Haram, Makkah dan Madinah dengan cepat berganti wajah, meninggalkan jarak antara generasi saat ini dengan akar sejarahnya yang mendalam.

Pengaruh Wahabisme pada Kebijakan Pengabaian dan penghancuran sejarah awal Islam ini, menurut sejumlah pengamat, merupakan adopsi dari Wahabisme yang menginterpretasikan ajaran Islam secara kaku. Praktik Wahabi yang melarang kunjungan ke makam dan tempat-tempat suci dengan alasan dikhawatirkan berujung pada syirik, telah menjadi dasar bagi kebijakan pemerintah Saudi dalam mengelola situs-situs sejarah ini.

Polisi agama di Saudi Arabia secara aktif melarang peziarah untuk berdoa atau mengunjungi tempat-tempat terkait dengan kehidupan Rasulullah, dan dalam kasus yang lebih ekstrem, beberapa situs dihancurkan.

Dampak Sosio-Ekonomi Perluasan Dua Kota Suci
Sementara pembangunan infrastruktur di dua kota suci ini menunjukkan upaya Kerajaan untuk memajukan ekonomi dan memperluas kapasitas jemaah haji, dampak sosio-ekonominya memiliki dua sisi mata uang. Di satu sisi, pembangunan memberikan kesempatan kerja dan meningkatkan fasilitas untuk jemaah. Namun di sisi lain, hilangnya situs bersejarah dan perubahan identitas kota-kota ini menimbulkan keprihatinan tentang berkurangnya keaslian dan nilai spiritual kota-kota tersebut.

Keuntungan ekonomi jangka pendek mungkin terlihat menggiurkan, namun kerugian warisan budaya dan sejarah yang tidak ternilai ini, membawa dampak jangka panjang yang berpotensi merubah cara pandang dunia terhadap dua kota ini.

Jelas bahwa transformasi Masjidil Haram, Makkah, dan Madinah bukan hanya berdampak pada struktur fisik kota, tapi juga pada warisan budaya dan sejarah Islam. Kehilangan dan penghancuran situs bersejarah ini menimbulkan tanya besar tentang bagaimana kebijakan pemerintah Saudi menyeimbangkan antara pembangunan infrastruktur dan pelestarian situs-situs bersejarah.

Memahami kepentingan ekonomi namun tetap menjaga warisan yang dibawa puluhan bahkan ratusan tahun lalu adalah tantangan yang perlu dicarikan solusinya.

Bangunan-Bangunan Bersejarah yang Digantikan
Tidak hanya benteng Ajyad dan rumah Khadijah, beberapa bangunan bersejarah lainnya juga telah jadi korban pembangunan di dua kota suci. Misalnya, Ma’la, pemakaman kuno di Makkah tempat beberapa sahabat Rasulullah dimakamkan, sekarang hanya tinggal sebagian kecil yang tersisa karena pembangunan hotel dan pusat komersial.

Di sisi lain, di Madinah, Baqi' al-Gharqad, makam bersejarah tempat sejumlah anggota keluarga dan sahabat Nabi Muhammad dikebumikan, telah mengalami perubahan signifikan. Sebagian besar batu nisan dan ciri khas bersejarah telah dihilangkan untuk memberi jalan pada ekspansi area sholat dan fasilitas untuk peziarah.

Selain itu, Wadi Jin, juga dikenal sebagai Wadi al-Jinn, terkenal dengan mitos dan sejarahnya yang kaya, mendapati perubahan terjadi pada ekosistemnya dan sebagian wilayahnya dikomersialkan.

Bangunan-Bangunan Baru Pengganti
Bangunan-bangunan baru yang mengambil alih wilayah situs bersejarah ini mencerminkan perkembangan modern dan keinginan untuk menyediakan lebih banyak fasilitas bagi jemaah. Kompleks Jabal Omar tidak hanya menaungi apartemen dan hotel mewah, tetapi juga pusat perbelanjaan dan ruang komersial yang dirancang untuk melayani jutaan peziarah setiap tahun.

Di lokasi bekas Ma'la kini berdiri beberapa hotel mewah dan pusat perbelanjaan yang menawarkan kemudahan dan kenyamanan bagi para jemaah yang ingin beribadah di Makkah. Demikian pula, pengembangan di sekitar Baqi' al-Gharqad diarahkan untuk mengakomodasi jumlah peziarah yang semakin besar dengan menyediakan fasilitas yang lebih luas dan modern.

Kompleks Zamzam Well, yang telah dirombak untuk memfasilitasi akses yang lebih baik bagi jemaah untuk mengambil air zamzam, merupakan contoh lain dari bagaimana infrastruktur baru diintegrasikan dengan tempat-tempat bersejarah tanpa meninggalkan sepenuhnya warisan mereka walaupun masih menimbulkan kontroversi seputar isu pelestarian ini.
0 Dilihat
Baca juga
X
Komentar
Sembunyikan

0 Response to "Ada Penghancuran Situs Islam di Balik Kemegahan Makkah-Madinah"

Posting Komentar

 
 
Back to top

Arymedia Blogger theme. Berminat? Hubungi ARYMEDIA.

Lanjut scroll untuk lanjut baca artikel.