5 Santriwati Dicabuli Pimpinan Ponpes di Lombok Barat, Warga Emosi-Rusak Pondok

Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram, Joko Jumadi, mengungkapkan bahwa kelima korban ini rata-rata baru duduk di bangku kelas 1 Madrasah Aliyah (MA) atau SMA.
"Kejadian ini terjadi sejak bulan November 2023. Kami telah mendampingi orang tua korban untuk bertemu dengan pelaku guna melakukan klarifikasi pada waktu itu," ujar Joko kepada detikBali, Kamis (9/5/2024) siang.
Joko melanjutkan, ketika dikonfrontir, MA mengakui telah melakukan pelecehan seksual terhadap lima santrinya. Namun, MA mempertahankan diri dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut dilakukan oleh jin atau setan yang ada di pondok pesantren.
"MA tidak menyangkal bahwa ada tindakan pelecehan seksual yang dialami oleh santrinya. Namun, dia berdalih bahwa aksi tersebut dilakukan oleh jin," tambah Joko.
Dari kelima korban, dua di antaranya diduga telah mengalami pemerkosaan oleh MA.
"Ya, namun hanya satu orang yang telah membuat laporan polisi. Pagi ini, kami telah melaporkan kasus ini ke Unit PPA Polres Lombok Barat," ungkapnya.
Kapolres Lombok Barat, AKBP Bagus Nyoman Gede Junaedi, meminta agar para korban atau keluarga korban segera melaporkan secara resmi ke polisi.
"Kami mohon kepada korban atau keluarga korban untuk segera melaporkan agar kasus ini dapat segera diproses," ujar Bagus.
Buntut dugaan pelecehan ini membuat warga sekitar pondok pesantren menjadi emosi. Pada Rabu (8/5/2024) sekitar pukul 16.00 Wita, warga berbondong-bondong merusak fasilitas pondok pesantren.
Bagus memastikan bahwa situasi di sekitar pondok pesantren telah kondusif hingga saat ini. Polisi telah melakukan langkah-langkah pengamanan di lokasi kejadian.
"Saat ini, situasi di lokasi sudah kondusif. Kami telah menempatkan personel di sana untuk menjaga keamanan," tegas Bagus. Ia juga meminta masyarakat untuk mempercayakan kasus pelecehan ini kepada polisi.
0 Dilihat
Baca juga
0 Response to "5 Santriwati Dicabuli Pimpinan Ponpes di Lombok Barat, Warga Emosi-Rusak Pondok"
Posting Komentar