Membangkitkan Kembali Nepotisme Adalah Pengkhianatan Terhadap Perjuangan Reformasi

Membangkitkan Kembali Nepotisme Adalah Pengkhianatan Terhadap Perjuangan Reformasi Membangkitkan Kembali Nepotisme Adalah Pengkhianatan Terhadap Perjuangan Reformasi
Bineka - Hari ini 26 tahun silam, terjadi sebuah tragedi yang kemudian menjadi pemantik api semangat perjuangan mahasiswa dan rakyat yang mendambakan adanya perubahan dalam segala bidang, yaitu peristiwa berdarah yang merenggut nyawa empat mahasiswa Trisakti.

Empat mahasiswa Trisakti itu gugur sebagai martir, dalam suatu aksi damai memperjuangkan reformasi, sebuah harapan untuk Indonesia yang lebih adil. Mereka menuntut penghapusan praktik nepotisme, korupsi, dan kolusi, yang saat itu merajalela, melumpuhkan sendi-sendi keadilan dan perekonomian bangsa.

Semangat mahasiswa yang menyala-nyala, berpadu dengan aspirasi rakyat, menjadi benih perubahan. Reformasi ditempuh dengan pengorbanan, air mata, dan darah. Angan penuh harapan untuk membangun Indonesia yang lebih baik, terbebas dari segala bentuk ketidakadilan, tergambar jelas dalam cita-cita reformasi tersebut. Namun, ironisnya, perjuangan monumental ini seolah kini diabaikan begitu saja.

Tak bisa dipungkiri, praktik nepotisme yang seharusnya sudah terkubur bersama era reformasi, kini kembali menggeliat menampakkan taringnya. Dalam lingkaran kekuasaan saat ini, ironi terjadi ketika Gibran Rakabuming Raka, putra dari Presiden Jokowi, maju sebagai cawapresnya Prabowo Subianto, penguasa yang akan datang. Bahkan hal ini justru direstui langsung oleh Jokowi, sebuah gambaran nyata bahwa praktik nepotisme kembali menguatkan genggaman kekuasaannya dalam lingkaran elite politik Indonesia.

Pencalonan Gibran tidak hanya sekedar masalah penerus dalam dinasti politik, melainkan simbol dari pengkhianatan terhadap semangat dan nilai-nilai reformasi. Seolah-olah, jerih payah dan darah mahasiswa dan rakyat untuk mereformasi negara, diganti dengan praktik kuno yang semula mereka perjuangkan untuk dihapus. Praktik nepotisme, yang seharusnya menjadi musuh bersama, kini malah diadopsi dan dilegitimasi oleh pejabat-pejabat yang berkuasa.

Harapan untuk Indonesia yang lebih baik, yang kala itu dibangun atas dasar kebersamaan dan semangat perubahan, kini terancam pudar. Pengkhianatan ini bukan hanya pada para martir dan pejuang reformasi saja, melainkan pada seluruh rakyat Indonesia yang mendambakan perubahan. Kini, tanggung jawab besar di pundak kita semua untuk melanjutkan estafet reformasi, mengawal prinsip-prinsip keadilan, dan memastikan bahwa pengorbanan mereka tidak sia-sia.

Kita harus mengingat kembali, bahwa reformasi bukan sekedar pergantian penguasa, melainkan pembaruan sistem demi kesejahteraan bersama. Pemberontakan terhadap praktik nepotisme harus terus bergelora dalam setiap napas perjuangan reformasi. Harus ada kesadaran kolektif untuk menghindari repetisi sejarah, membangun Indonesia yang lebih adil dan merata, sebuah bangsa yang memuliakan nilai-nilai demokrasi dan keadilan. Kita semua, sebagai bagian dari bangsa ini, harus menjadi penjaga reformasi yang sesungguhnya.

#RIPReformasi

(Ary Suryanto)
0 Dilihat
Baca juga
X
Komentar
Sembunyikan

0 Response to "Membangkitkan Kembali Nepotisme Adalah Pengkhianatan Terhadap Perjuangan Reformasi"

Posting Komentar

 
 
Back to top

Arymedia Blogger theme. Berminat? Hubungi ARYMEDIA.

Lanjut scroll untuk lanjut baca artikel.